Sepucuk Daun Layu

Kulihat kau di sudut ruang yang gelap itu, sadarkah kau akan keberadaanku disini?
Dengan cahaya remang-remang, kuteliti tiap gerikmu lamat-lamat. Kulihat ketika kau hirup aroma kopimu yang sejak tadi tak kau hiraukan. Matamu yang memancarkan pesona, bagai gravitasi bagi siapapun orang di-sisimu. Sesaat kemudian, kulihat kau kembali bergulat dengan gadget di hadapanmu. Kau tertawa dan tersenyum sendiri, namun mampukah aku yang membuatmu tersenyum? Sejenak, aku ragu. Kulangkahkan kakiku untuk berada lebih dekat di sisimu dan sepertinya kau menyadari keberadaanku. Sesaat, mata kita saling bertemu. Atmosfer udara di sekelilingku mendadak kelu, tak kudengar suara, tak mampu kuucap kata, namun aku hanya mampu melihat keindahan matamu. Bisakah waktu berhenti pada detik ini saja? Namun, waktu terus bergulir. Kenyataan ini tak sesuai dengan fakta dalam benakku. Waktu yang terus bergulir pun membantuku setiap saat untuk lebih mudah melupankanmu, namun gravitasimu itu masih melekat padaku. Aku masih tetap berdiri disini. Berdiri bersama angan dan bayang yang memenuhi pikiran buramku. Kuharap, kau tau maksudku. Kuharap, kau menyadari keberadaanku disini yang selalu setia seperti aroma kopi yang menyejukkan jiwa ketika dunia sudah begitu dingin untuk dijalani.


Aku, mentarimu

Komentar

Postingan Populer